BANDUNG – Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) nasional tercatat terus tumbuh ditengah persaingan bisnis keuangan yang kian ketat. Pertumbuhan tersebut mencerminkan BPR semakin dikenal masyarakat.
Hingga April 2019, aset industri BPR nasional tercatat tumbuh 7,52% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp137 triliun. Pertumbuhan tersebut ditopang penyaluran kredit yang dilakukan industri BPR sebesar Rp103 triliun, atau tumbuh 10,84% dibandingkan posisi setahun sebelumnya.
“Eksistensi BPR memang harus terus ditingkatkan. Karena masyarakat kita melihat BPR seolah hanya tempat pinjam uang. Padahal institusi bank ini juga bisa untuk menabung dan deposito,” kata Ketua Komisariat Perbarindo Bandung Raya, Mahfud Fauzi pada acara Fun Walk 2019, Hari BPR-BPRS Nasional di Halaman Balai Kota Bandung, Sabtu, (13/7/2019).
Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap produk tabungan dan deposito dapat di terlihat dari jumlah dana masyarakat yang dihimpun. Deposito tumbuh 7,39% menjadi Rp64 triliun dan tabungan tumbuh 8,39% menjadi Rp29 triliun.
Selain itu, jumlah nasabah yang dilayani mencapai 17,9 juta rekening. Nasabah tersebut didominasi oleh penabung sebanyak 13,5 juta rekening. Rata-rata jumlah tabungannya sebesar Rp2 juta. Sedangkan nasabah debitur sebanyak 3,8 juta rekening dan rata-rata pinjamannya adalah Rp27 juta.
Kehadiran BPR dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang menyediakan produk keuangan yang serupa dengan bank konvensional lain, ternyata memiliki penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan perbankan lain. Terutama penetrasi kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).